WElCOME TO MY BLOG

Jumat, 01 April 2011

Upacar adat Klaten Yaqowiyu

Yaqowiyu adalah upacara adat yang diadakan di Jatinom, sebuah kecamatan di Klaten, yang diadakan setiap bulan Jawa pada Safar. Oleh penduduk setempat sering disebut dengan Saparan. Upaca Yaqowiyu ditandai dengan penyebaran kue apem, sebuah kue bundar dari tepung beras dengan potongan kelapa ditengahnya. Kue apem disebarkan dari menara masjid. Dipercayakan kue apem ini mempunyai kekuatan supranatural yang membawa kesejahteraan bagi yang berhasil mendapatkannya.


Upacara Yaqowiyu dimulai sejak kembalinya Kyai Ageng Gribig dari menunaikan ibadah Haji di Tanah Suci Mekah. Yaqowiyu berasal dari bahasa Arab.
KLATEN- Jumlah pengunjung upacara adat ritual sebar kue apem atau disebut “Yaqowiyu” di Desa/Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang digelar pada Jumat (21/1), ditargetkan lebih dari 25.000 orang, kata Camat setempat Joko Purwanta di Klaten.


“Kami targetkan jumlah pengunjung upacara puncak Yaqowiyu, di Sendang Plampeyan, Jatinom, lebih dari 25 ribu orang atau meningkat dibanding tahun sebelumnya 20 ribu orang,” kata Joko Purwanta, selaku ketua panitia Yaqowiyu, Jumat (14/1).




Menurut dia, meningkatnya target jumlah pengunjung tersebut, karena kegiatan tahun ini ada tambahan jumlah kesenian yang akan ditampilkan sebelum upacara dimulai.


“Tambahan kesenian yang akan ditampilkan di antaranya sebanyak lima grup seni Reog Ponorogo dan 20 marching band,” katanya.


Selain itu, panitia juga menyiapkan kue apem yang akan disebarkan dalam upacara puncak tersebut sekitar lima ton dari swadaya masyarakat.


Menurut dia, upacara Yaqowiyu yang merupakan tradisi sejak zaman Mataram Islam oleh Kiai Ageng Gribig dalam penyebaran agama di wilayah Jatinom.


Yaqowiyu adalah upacara adat yang diadakan setiap bulan Jawa pada Sapar. Oleh penduduk setempat sering disebut dengan Saparan. Upacara Yaqowiyu ditandai dengan penyebaran kue apem, sebuah kue bundar dari tepung beras dengan potongan kelapa di tengahnya.


Menurut dia, panitia telah menyiapkan dua menara sebagai tempat disebarkan kue apem yang dilakukan oleh para santri.


Menurut kepercayaan masyarakat kue apem ini mempunyai kekuatan supranatural yang membawa kesejahteraan bagi yang berhasil mendapatkannya.


Sementara Panji Supardi, juru kunci Makam Kiai Ageng Gribig di Jatinom mengatakan, upacara Yaqowiyu dimulai sejak kembalinya Kyai Ageng Gribig dari menunaikan shalat Jumat di Tanah Suci Mekah dengan membawa kue gimbal (kue bahan baku gandum).


Menurut dia, karena oleh-oleh kue gimbal hanya dua biji, maka oleh pengikutnya dioleh lagi dan dicampurkan tempung beras dibuat apem.


Oleh karena itu, kue apem tersebut kemudian dibagikan kepada para santrinya dengan merata.


“Mengapa Kue apem sebetulnya dalam arti lain, agar manusia diberikan ampunan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Jadi jika masyarakat mendapatkan kue apem, maka mereka akan diberikan ampunan segala kesalahannya,” katanya.


Joko Purwanta menambahkan, perayaan upacara penyebaran apem tahun ini, diperkiarakan lebih meriah dibanding tahun sebelumnya.


Oleh karena itu, pihaknya mengharapkan Jatinom lebih dikenal dengan kue apem. Sehingga, Jatinom menjadi lahan bisnis bagi masyarakat sekitar sebagai sentra kue apem.


Selain itu, pihaknya juga mengharapkan dengan kegiatan Yaqowiyu, maka Jatinom banyak dikunjungan orang yang dapat dimanfaatkan masyarakat setempat dengan berjualan.


Dengan demikian, masyarakat Jatinom khususnya akan lebih meningkat perekonomiannya sehingga mereka lebih sejahtera dalam kehidupannya.
Upacara ini berawal dari pengajian yang diadakan oleh Kyai Ageng Gribig yang pada saat mengakhiri acara selalu memanjatkan doa “Ya qowiyu Yaa Assis qowina wal muslimin, Ya qowiyyu warsuqna wal muslimin”, untuk memohon kekuatan terhadap kaum muslim. Untuk menghormati para tamu, maka dibuatlah hidangan kue apem dan makanan kecil lainnya. Dari situlah kemudian upacara ini berkembang pesat dan menjadi besar seperti sekarang ini.


Penyusunan gunungan apem itu juga ada artinya, apem disusun menurun seperti sate 4-2-4-4-3 maksudnya jumlah rakaat dalam shalat isa/ subuh/ zuhur/ ashar/ dan magrib.
Konon menurut sejarah suatu hari di bulan sapar ki ageng gribig yang merupakan keturunan prabu brawijaya kembali dari perjalanannya ke tanah suci ia membawa oleh-oleh 3 buah makanan dari sana. Sayangnya saat akan dibagikan kepada penduduk, jumlahnya tak memadai bersama sang istri iapun membuat kue sejenis. Kue-kue inilah yang kemudian disebarkan kepada penduduk setempat/ yang berebutan mendapatkannya sambil menyebarkan kue-kue ini iapun meneriakkan kata “yaqowiyu” yang artinya “tuhan berilah kekuatan”
Makanan ini kemudian dikenal dengan nama apem saduran bahasa arab “affan” yang bermakna ampunan tujuannya agar masyarakat selalu memohon ampunan kepada sang pencipta. Perayaan yang dipusatkan di kompleks makam Kyai Ageng Gribig ini biasanya dihadiri Bupati beserta pejabat Kabupaten Klaten agar lebih meramaikan suasana dan mendekatkan diri kepada rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar